PESAN
DAN KESAN KOMTING
Siang
itu hari kamis tepatnya, diakhir perkuliahan seorang temanku kerap disapa
Dasuki merangkak maju kedepan kelas dengan menyampaikan pesan, “sebelumnya saya
minta maaf, besok hari selasa sebelum hari libur karena coblosan caleg, kitakan
seharusnya masih masuk. Saya ingin memberikan info pergantian mata kuliah Aspek
Hukum Ekonomi dari Pak Dhikrullah!”
“Silahkan, silahkan tapi jangan
lama-lama seoalnya sudah waktunya pulang ini.” Jawab puluhan calon akademisi
lulusan universitas kerajaan Timur Jawa.
AKU DAN
7 SAUDARA KULIAH
Aku adalah keinginan dalam diriku yang memiliki 7 saudara kembar. Aku
berada di depan sendiri didalam hati. Aku adalah yang ditugaskan oleh manusia
untuk mencari Ijazah. Karena dengan mendapatkan ijazah aku yakin besok kerjaku
bisa mudah, semua bakalan sesuai dengan keinginanku, apa saja yang akan ku
bayangkan dengan ijazah tentu dan pasti dapat aku raih. Karena dalam hidupku aq
biasa menghalalkan segala cara untuk mendapatkan nilai yang bagus. Dimana dalam
ijazah itu yang ditekankan dalam tugasku adalah untuk mencari nilai yang bagus.
Jadi untuk urusan pinter itu nomor 100 sekian yang penting kuliah-pulang tapi
nilai kuliah ku bagus. Begitulah tugas manusia kepadaku.
Dari bilik hati lainya, sebelah belakang tepatnya aku yang bertugas
mencari relasi juga sudah berteriak untuk disapa. Aku yang ini memang tidak
perduli dengan ijazah, dengan nilai kuliah, absensi kuliah atau dengan berbagai
sistemisasi pendidikan. Dengan mengandalkan relasi aku bisa mengatur semua itu
sesuka ku. Semua bisa ditawar, bisa diurus. Dengan sedikit gratifikasi atau sedikit retorika semua urursanku lancer. Tapi
bukan hanya itu sebenarnya tugasku, aku selalu mencari manusia yang dapat aku
jadikan mangsa. Bukan sekedar manusia, melaikan manusia yang memang memiliki
posisi jabatan, tahta, harta, wibawa dan yang memiliki ide-ide cemerlang.
Aku berada di samping kanan hati karena tugasku adalah memenuhi tuntuan
orang tua. Aku kuliah tidak tahu untuk mencari apa, ilmu, ijazah, relasi,
tidak-itu bukan tugasku. Hanya patuh kepada orang tua diriku. Lantaran aku dilahirkan
dan dibesarkan oleh orang tuaku maka aku harus taat kepada orang tuaku.
Aku yang berada dibilik kiri hati ku adalah aku yang paling
menikmati dunia. Kenapa tidak, tugasnya hanya untuk mencari pacar. Memenuhi
nafsu birahi setiap hari gonta-ganti ranjang dan slimut kehidupan. Urusan masa
depan itu biarlah Tuhan nantinya yang mengatur. Setidaknya aku meyakini siapa
saja yang hidup di dunia ini bakalan diberi rizki oleh Tuhan. Aku merasa bebas
dengan hidupku, pacarku banyak, ada yang kaya ada yang miskin, ada yang cantik
ada yang jelek, ada yang pinter ada yang tidak, dan semuanya mudah sekali aku
kibuli. Inilah tugasku dari manusia. Maka aku bekerja semaksimal mungkin agar
manusia tidak marah kepadaku.
Diatas hatiku duduk bersila dengan santai mengemban tugasnya.
Tugasnya hanya sekedar untuk mengisi tahun yang kosong. Uang punya, orang tua
punya, pacar juga punya. Namun mau bekerja umur masih terlalu muda pengalaman
dunia kuliah juga belum punya. Maka itu manusia menyuruhku mengisi waktu
kosongnya beberapa tahun kedepan, lalu setelah lulus 4 tahhun kemudian aku
sudah siap bekerja. Yah, setidaknya untuk menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil)
umurku sudah cukuplah.
Saudaraku yang ke enam adalah saudara yang hidup dalam
kesederhanaan, yang penuh ketidak pastian tugasnya yang penting kuliah. Dan
tugasnya jauh berbeda alias tidak sama dengan tugas tujuh saudaranya.
Kenapa engkau hanya menceritakan mereka saja wahai manusia aneh...!
Aku adalah kehidupan dari hati ini. Aku berdiri tanpa seorang teman, keluarga,
atau anak. Hidupku sepi senyap diantara ruang-ruang gelap. Aku berada dibawah
saudaraku semua, kamarku hanya seukuran tubuhku, tidak mewah atau pun megah
kecuali hiasan sebatang lilin yang menyala sampai saat ini. Dan tugaskulah yang
paling sulit, “untuk mecari ilmu.”
0 komentar:
Posting Komentar
silahakan tambahakan komentar anda