Senin, 14 Juli 2014

PEMBODOHAN GDB

    Apakah anda juga termasuk orang yang percaya akan gambaran tingkan kesejahteraan masyarakat dapat di lihat dari GDBnya atau malah sebaliknya?
       Dalam bukunya Muhaimin Iqbal (2013:3), pada tahun 1966 pendapatan perkapita Indonesia mencapai U$ 200. Tahun 1997 mencapai U$ 900. Sedangkan pada tahun 2012 memuncak menjadi U$ 3.250. Sebuah angka fantastis bukan ! Lalu bagaimana dengan kesejahteraan ekonomi masyarakat Indonesia secara perorangan?
       Tatapi keadaan diatas akan berbanding terbalik jika anda mempu mengaitkannya dengan instrument perekonomian yang ada. Seperti kemampuan daya beli masyarakat, kebutuhan konsumsi, pendapatan perkapita riil dalam satuan per wilayah, angka UMR, jumlah angka kesempatan kerja (lowongan pekerjaan), dan harga barang dan jasa dipasaran, serta angka bunga pinjaman. Beberapa instrument makro inilah yang akan kita kaji jika kita ingin mengetahui kesejahteraan masyarakat.
       Setelah anda mengetahui jawaban pertanyaan pada paragraph ke 3. Tinggal anda kaitkan saja dengan instrument yang sama. Namun dari negara adi kuasa yang mana kurs dollarnya dijakan tolok ukur standar kesejahtaraan negara Indonesia.
       Gambaran lain, di sana, sekali gaji bulanan dapat digunakan memborong barang dan jasa di Indonsia. Tetapi sekali gaji bulanan Indonesia tak mampu digunakan memborong barang dan jasa di sana. Jadi, secara nominal Indonesia memang naik GDBnya. Namun secara kurs dan kenaikan GDB Indonesia telah kalah talak pastinya. Apalagi kurs Indonesia seringkali berbanding 9.000-12.000 per satu dollarnya.
       Disamping itu, transaksi-transaksi ekonomi yang selama ini dilakukan Indonesia baik di dalam negeri atau pun luar negeri selalu berstandar pada uang dollar bukan rupiah. Itulah salah satu sebab yang melejitkan kurs dollar di banding rupiah. Jikalau perbandingan kurs dan beberapa instrumen perekonomian Indonesia dan negara adi kuasa telah memiliki kesenjangan yang cukup mencolok selama kurang lebih seumur angka kemerdekaan Indonesia. Lalu kenapa sampai saat ini Indonesia masih bertahan untuk berkiblat dan menstandarkan dirinya dengan mereka. Bukankah lebih baik Indonesia menjadi negara mandiri. Negara mandiri yang secara awal harus siap di embargo oleh negara tetangganya. Tapi pada akhirnya selama 30 tahun kedepan Indonesia dapat menciptakan pasar ekonomi dunia. Seperti halnya negara China pada saat ini.
            Jadi, apakah anda masih percaya akan gambaran tingkan kesejahteraan masyarakat dapat di lihat dari GDBnya. Padahal di pedalaman Pepua, Kalimantan, Sumatra, Sulawesi, Jawa dan ribuan juta jiwa pada ribuan kepualauan Indonesia berada pada taraf hidup miskin. Anka kemiskinan yang tak sebanding dengan kekayaan alam yang di keruk negara tetangganya. Sepersekian persen saja masyarakat Indonesia dapat menikmatinya. Dan GDB selama ini di hitung dengan cara suvey acak serta pendataan manual yang berdasarkan sample. Pada akhirnya, data pertumbuhan perekonomian yang tak meratalah yang dijadikan patokan standar GDB.

2 komentar:

  1. Hebat info nya mampir ke blog junaidi juni http://celengandollar15.blogspot.com tips dollar dan rupiah makasih gan

    BalasHapus
  2. Oke gan semoga bermanfaat gan...

    BalasHapus

silahakan tambahakan komentar anda