Sabtu, 24 Mei 2014

GELAPNYA RUMAH PENDIDIKANKU

                                    Penulis, “Terangnya isi akan memancarkan luarnya pula”

Add caption
         Disela-sela hidangan malam ditemani air hitam amat pekat namun manis, yang dapat dinikmati untuk beberapa jam rasanya. Air obat mujarap penghilang rasa kesal atau pun kegundahan pikir. Sambutan lengan dengan enteng mendekat pada cangkirnya, menggenggem cangkir itu, lalu dingkatlah. Tak lama kemudian, air mengalir dari cangkir itu dan membajiri sekujur rungga tenggorokan.
          Aku masih ingat ketika itu ku sandarkan punggungku pada papan kayu warung. Warung WDK sahabat hati. Pena-pena bergantung pada warung itu, masa depan mimpi yang tergali di situ pula.Tak jarang ku lepaskan sedikit tawaan lembut untuk ku fikirkan
maksud tawanya dalam beberapa menit kemudian.
            Ku kira tawaan itu tak kira selesai meskipun aku setahun lagi disungkur dari tempat ini. Tempat yang sangat strategis bagiku untuk merenungi kisah rumah pendidikanku sendiri. Nasip manusia-manusia berpena, gedung- gedung, ruang- ruang, jalanan, lorong-lorong, dan beberapa hewan malam yang digadaikan oleh kepentingan seseorang yang bersembunyi dibalik tumpukan bata dan semen serta beberapa tabir halus yang ada didalam hatinya.
            Alasan janggal terselip disela-sela tawaku tadi.
       Aku berterimakasih, inilah rumah pendidikan yang cocok buat perekonomian manusia didaratan kekuasaan kerajaan Jawa. Terkait pendidikan, apa saja dapat aku jumpai disini. Gedung mewah (mepet sawah), rak-rak bertumpuk buku di sebagian ruang, ribuan kursi-kursi kosong ketika malam, masjid kampus, warung, tempat foto kopi, asrama mahasiswa, asrama dosen, lapangan basket, lapangan bola, pasar ATM, ruang-ruang bertuliskan “ruang doctoral dan guru besar, rauang kepala dan sekretaris jurusan, ruang pelayanan akademik dan administrasi, ruang fakultas *, ruang kuliah bersama (RKB), dll ”.
            Kaya kan kampusku? Yo jelas to sri-sri lha wong seng ndwe negoro j.
         Ketika pagi tiba pun dapat mudah kau jumpai kerumun kelompok pemuda-pemudi bersepatu, berkemeja sedang duduk menghadap papan tulis atau para pengajar. Berbagai macam jenis mobil berwarna-warni platnya, parkiran yang di penuhi ribuan motor, pegawai-pegawai berdasi mudah sekali kau jumpai disini.
            Selebihnya, aku tak pandai menggambarkan keadaan kampusku. Yang jelas ramai ketika hari aktif pastinya dan akan senyap tiba-tiba ketika fajar sudah ditelan bulan. Dimana saat itu kau kan dapati hal aneh. Kemegahan dan keramaian yang tak sebanding dengan latar cahaya dimalam hari.
            Ada lampu yang menyala kedap-kedip bagai lampu diskotik di jalan sentral kampusku. Ada lampu yang tinggal saklarnya saja. Ada lampu yang terlepas dari tempat dopnya[1]. ada pula lorong, ruang, gedung yang gelapnya mampu bersaing dengan gelapnya kuburan didesaku.
            Apakah tidak ngeri? Apakah tidak bingung kamu?
            Seharusnya wacana semacam ini dapat diperhatikan oleh setiap masyarakat kampusku. Dana Negara yang begitu besar, pusatnya orang berpendidikan, lengkapnya fasilitas penunjang  sudah saatnya difokuskan pada penerangan semacam ini.
            Tak jarang bayang-bayang daun ku kira hantu malam, suara-suara hewan aneh yang semakin menggerutkan nyaliku, beberapa sudut-sudut jalan begitu gelap hingga seekor ular Pyton lewat pun tak kira aku dapat mengetahuinya. Begitulah Susana kampusku beberapa tahun terakhir ini.
            Ku harapa ada harapan baru tentang penerangan, penerangan yang pro pada asumsi mahasiswanya yang kurang begitu kagum dengan keadaan semacam ini. Penambahan jumlah lampu pada lokasi vital seperti tikungan, penambahan kuantitas daya listrik dapat segera digagas. Biar kampus Universitas Trunojoyo Madura  ini dapat berbesar hati jika nantinya ada touris lokal atau manca Negara yang tak sengaja mengarahkan matanya kea rah matahari terbit ketika malam tiba.
             Bangkalan, 24 Mei 2014


[1] Tempat lampu kata orang bojonegoro

3 komentar:

  1. Kebanyakan bertele2 akhirnya fungsi kritikannya hilang dan tenggelam,,, mkin ini lebih mengarah pada novel...

    BalasHapus
  2. memang kami sengaja mengkritik bermodelkan sastra mas/mbk... karena terlalu berbahaya jika kritiknya vulgar..hehehe

    BalasHapus

silahakan tambahakan komentar anda