Dimana saja kita sekarang, tak perduli
di selokan, tengah Hutan, samudera, di bawah ranjang, dibalik badan wanita,
dilorong gelap dan perkiraan tak seorang pun berani masuk kedalamnya, karena
lorong itu dipenuhi ular dank ala jengking yang tak terhitung oleh bibir
jumlahnya, atau dibalik tirai-tirai sekalipun. Tetap saja namanya Tuhan, Ia
bakalan tahu kita berada dimana. Karena Itulah Tugas dan wewenag yang Ia
memiliki sejak belum ada zaman bagi Nya, bagi kita, bagi semua Mahluk.
Tuhan juga maha berkehendak, mengancam,
menindas, menskenario, mengarahkan, membimbing, member hidayah dan riski yang
semua itu dapat kita temukan, kita cerminkan dari kitab buatannya, al-qur’an,
hadist, injil, zabur dan taurat tempatnya.
Dalam kehendaknya semua itu ada yang
lebih perlu kita tahu. Yaitu Tuhan pun memiliki hak veto untuk berdoa. Berdoa
untuk mendoakan siapa saja. Mengarahkan siapa saja atau sekedar untuk bersikap
cakap kepada hamba-
hambanya.
Mungkin sebenarnya Muhammad pun juga
memberikan dukungan pabila beliau masih hidup. Lantaran beliau mengatakan, “Kullu kalam addu’a ” yang
berarti setiap Perkataan Adalah Do’a.
Seanjutnya hal itu juga dibenarkan oleh
al-kitab sehingga ia memberikan beberpa contoh dasarnya. Seperti: Jangan
menyebut nama-Ku dengan
sembarangan, sebab Aku, TUHAN Allahmu, menghukum siapa saja yang menyalah
gunakan nama-Ku.(Keluaran
20:7, BIS)
Lalu, Tidak juga patut bagimu
mengucapkan kata-kata yang
kotor, yang cabul dan yang tidak pantas. Sebaliknya hendaklah kalian mengucap
syukur kepada Allah.
(Efesus 5:4, BIS)
Lalu, Tetapi sekarang
hendaklah kalian membuang hal-hal yang jahat dari dirimu: jangan lagi marah, atau mengamuk
atau mempunyai perasaan benci terhadap orang lain. Jangan sekali-kali keluar
dari mulutmu perkataan-perkataan caci maki atau perkataan yang kotor.(Kolose 3:8, BIS)
Lalu, Orang yang hati-hati
dalam tutur katanya
akan aman hidupnya; orang yang bicara sembarangan akan ditimpa kemalangan.(Amsal 13:3, BIS)
Lalu Hadist pun tak kalah dalam
memberikan sumbangihnya bahwa Tuhan memang punya hak veto. "Aku (Allah) adalah menurut persangkaan hamba-Ku
kepada-Ku. Dan Aku bersamanya ketika ia menyebut-Ku. Jika ia menyebut-Ku dalam
dirinya, maka Aku menyebutnya dalam diriKu. Ketika ia menyebut-Ku
ditengah-tengah sekelompok orang, maka Aku menyebutnya ditengah-tengah kelompok
yang lebih baik dari mereka (kelompok malaikat).” (HR Imam Ahmad, Imam
Bukhari, Imam Muslim, At Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
Lalu Ql-quran mencoba tak mau kalah, “Dan barang siapa yang menjadikan Allah dan
Rasul-Nya serta orang – orang beriman sebagai pemimpin, sesungguhnya golongan
Allah-lah yang akan menang”. (QS. al-Maidah: 55)
Tapi munkin perlu ada penekanan agar
kita tidak bingung memaknaai tulisan ini. Yaitu, semua maksud pemahaman kita
harus didasarkan bahwa “bicara adalah doa”. Adakalanya diantara kita memangkas
tentang doa dengan berbagai dasar-masing masing. Mereka menggap berdoa itu dari
dirinya dan disandarkan pada hal yang dapat disandarkan. Iya begitulah umumnya.
Tetapi
kali ini, tak ada yang mustahil bagi Tuhan kalau ia berdoa dari dirinya dan
pada dirinya pula doa itu disandarkan. Karena sebenarnya Ia juga punya hak
untuk melakukan itu. Mungkin sebagai persamaan adakalanya seseorang berbicara
kepada dirinya sendiri tanpa mengikutkan unsur ketuhanan dalam katanya dan ia
dengan jelas menyandarkan doanya kepada dirinya sendiri, kemampuanya sendiri.
“saya harus bisa…, saya percaya
pada diri saya kalau saya kuat…, atau saya yang akan menang.”
Disadari atau tidak kata-kata ini
sering kita jumpai di beberapa golongan manusia. Pada penganut animisme,
dinamisme, kepercayaan kebatinanisme, intelektualisme, kaum logikawan,
resionalis atau kaum kalas-kalaisme. Terkadang
mereka berkata seperti itu.
Lalu kita juga tidak boleh munafik saat
kita melihat apa yang mereka katakana itu ternya terwujud, menjadi fakta dan
realita. Terlepas dari kata “bahwa setiap
doa itu hanya Tuhan yang mengabulkan.” Terlepas dari itu. Seseorang yang
berdoa penuh keyakinan diri mencoba memantapkan kemampuanya untuk dapat, meraih
apa saja yang ia anggap dapat ia jangkau. Sehingga pada akhirnya ia dengan
segala usahanya dapat meraih semuanya yang ia ingini.
Tuhan pun demikian, “Ia berdoa maka doanya terkabul” atau
dalih ini dapat kita samakan dari kata “kun
fa ya kun”.
Sekali lagi saya katakana tak ada yang
bisa dipungkiri kalau Tuhan kita masing masing memiliki kemampuan itu.
Kemampuan membuat kehendak dan menyandarkan kehendaknya sendiri pada dirinya
sendiri. Dari zaman Nya ada hingga suatu zaman yang membuat kita bingung akan
keberadaan Nya. Tetap saja Ia punya hak untuk melakukan itu.
*
BIS = Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari…….!!!!
0 komentar:
Posting Komentar
silahakan tambahakan komentar anda