Jiwa
yang gelisah tiada tara, jiwa yang tak kuat menahan rasa sakit atas pandangan
penderiataan jiwa rakyat jelata raya lainya. Jiwa yang beran menguras air
matanya untuk menghidupkan tumbuhan dan beberapa hewan bumi manusia. Jiwa yang tak
pernah gentar mencibir orang asing yang selalu menguras kekayaan Indonesia.
Meski sebenarnya dalam tak gentarnya ia lemah. Jiwa yang sungguh gandrung untuk
tertawa lebar di antara ke dua tangan dan kaki yang mulai berganti muk. Jiwa
yang satu dan hampir punah diantara jiwa pecah tumbuh disekeliling tanah
zambrut khatulistiwa.
Itulah Jiwa
Pahlawan Negeri.
Sahabatnya,
Samudera, menenggelamkan saudaranya jiwa. Api, membakar habis tubuh saudaranya
jiwa. Uang, dengan kadigdayaannya
memutar balikan pemikiran atas tujuan saudaranya jiwa. Tanah, begitu hebat ia
mengadu domba saudaranya jiwa. Angin,
cepatnya melebihi kuda poni yang mengabarkan kisah-kisah saudaranya jiwa. Hasil
Bumi, celotehnya dapat dibilang nyaring lagi merdu hingga akhirnya mengundang
kedatangan Angin mengusir saudaranya jiwa.
Menggertak
untuk digertak; menantang untuk ditantang; membunuh untuk dibunuh begitulah
keseharian saudaranya jiwa.
0 komentar:
Posting Komentar
silahakan tambahakan komentar anda