Selasa, 27 Mei 2014

JIWA MENCARI ARTI


        Jiwa yang gelisah tiada tara, jiwa yang tak kuat menahan rasa sakit atas pandangan penderiataan jiwa rakyat jelata raya lainya. Jiwa yang beran menguras air matanya untuk menghidupkan tumbuhan dan beberapa hewan bumi manusia. Jiwa yang tak pernah gentar mencibir orang asing yang selalu menguras kekayaan Indonesia. Meski sebenarnya dalam tak gentarnya ia lemah. Jiwa yang sungguh gandrung untuk tertawa lebar di antara ke dua tangan dan kaki yang mulai berganti muk. Jiwa yang satu dan hampir punah diantara jiwa pecah tumbuh disekeliling tanah zambrut khatulistiwa.
Itulah Jiwa Pahlawan Negeri.
       Sahabatnya, Samudera, menenggelamkan saudaranya jiwa. Api, membakar habis tubuh saudaranya jiwa. Uang, dengan kadigdayaannya memutar balikan pemikiran atas tujuan saudaranya jiwa. Tanah, begitu hebat ia mengadu domba saudaranya jiwa.  Angin, cepatnya melebihi kuda poni yang mengabarkan kisah-kisah saudaranya jiwa. Hasil Bumi, celotehnya dapat dibilang nyaring lagi merdu hingga akhirnya mengundang kedatangan Angin mengusir saudaranya jiwa.
    Menggertak untuk digertak; menantang untuk ditantang; membunuh untuk dibunuh begitulah keseharian saudaranya jiwa.

0 komentar:

Posting Komentar

silahakan tambahakan komentar anda