Lemah otakku berjalan
Dunia pemikiran tak juga
rampung setiap selaputnya
Memaki dan menggali
hari-harinya
Sebab aku bukanlah aku pada
aku ku
Aku hanyalah sekedar aku yang
mencari aku yang semestinya
Di televisi perang kampanye menjadi-jadi
Di televisi perang debat mencitakan asumsi di kemudian
hari
Disana-sini tak ada yang pasti
Kecuali mati
Karena semua berjalan pada semestinya yang semestinya dan
dianggap mesti
Petani menaruh harap pada
Jokowi
Romo menitih kisah pada Prabowo
Pemikranku makin kabur akan
kebenaran
Sebab semua lini dipenuhi
pamer diri
Maklumlah perasaanku lumpuh
setengah hati
Bagiku siapa saja pemimpinya nanti yang pro petani
Karena petani bagian dari tulang punggung negeri agraris
ini
Tak hanya itu, pemimpin harus berani menjelma menjadi
rakyat biasa kala waktunya tiba
Pemimpin yang tak sekedar adil pada benderanya saja
Pemimpin sekedar pemimpin karena ia sendiri dipimpin
pemimpinnya sendiri
Ku letakkan sejak otak ini
Kritis pula telinga ini
mendengar suara-suara sok demokrasi yang tak demokrasi
Asal engkau tahu
Hatiku memilih Jokowi,
bibirku memilih Prabowo, dan praktiknya nanti tak bakalan ada kertas terlobangi
atau ku centangi
Guru ngaji mengebiri hak santri
Dosen pengajar memilitansi mahasiswa-mahasiswi
Orang tua bicara lantang menghakimi anak-istri
Hingga tak ada yang punya jati diri asli
Video-video prostitusi kasus
dolly diganti kampanye kini
Lagu-lagu pop band berubah
sikap lagu brand partai
Sponsor-seponsor media massa
wajahnya menjadi keberpihakan diri
Salah di benarkan, benar
disalahkan, tak ada yang percaya benar jika benar, atau salah jika salah
Anak negeri pun buta akan
kepentingan kekuasaan pribadi
Wajah-wajah berubah
Yang garang jadi girang, yang pemarah jadi ramah, yang angkuh
jadi pemurah
Ya begitulah-begitulah kini aslinya
Itulah negeri ku paska reformasi
2014-2019 yang impi-impi lagi dinanti
0 komentar:
Posting Komentar
silahakan tambahakan komentar anda