Tanah Candra Dimuka Papua mengumpat
nasip rakyat jelata
Ungkapan nurani mengisahkan tangis embrio-embrio angin segar penerus
bangsa
Api dan permukaan bumi bertarung merebutkan kuasa nyata
Para pejabat Negara saling tawar umpeti wanita
Ooo tanah Papua pemilik irama nada penjajah Belanda
Lamanya si tangan besi menghembus duka tegarmu tetap nyata
Ooo tanah kelahiranku sukmaku untukmu, jiwaku ku sujudkan padamu, duka
lara dan nyawa bagimu
Rindu aku padamu walau lara menggengganmku
Ooo Papua budaya bangsaku sumber daya alammu terkikis sang waktu
Panglima Dewata Cengkar sambut keheningan hatiku
Mahapatih Gajah mada melolong senandung risau
Lucuti air mata bumi asri Papua mengaku
Jauh aku di bumi tetangga alamku dihantam massa
Lengan terkunci kaku melangkah pun tembak Prabu Duryudana
Antek-antek iblis berdasi menyamar menjadi Dewa
Siapa disana? siapa yang bermimpi? dialah yang akan mati
Emas-Intan merintih diatas tangker-tangker Negara adi Kuasa
Anak bayi pohon Pinus terbujur kaku didalam peti
Salam sejuta nyawa tertatih terseok tersandung luka lama
Papua… aku jauh, dia jauh tetaplah bersiul walau engkau menepi
Sebab angin segar menanti
0 komentar:
Posting Komentar
silahakan tambahakan komentar anda