Kamis, 11 September 2014

SEPERTI ORANG WARAS SAJA

Saat malam menepuk kepala setiap manusia dengan lamunan, fantasi-fantasi, atau khayalan. Kembali bergoyang perjuangan yang menunjukan keakuan didepan bola mata. Ada yang sedang sibuk megledahi kertas kosongnya dengan tinta suruhan pengajarnya, ada yang kumpul-kumpul meneguk air hitam manis pahit semalam suntuk, ada yang memutar isi otak nya demi uang hingga ia mengumpulkan puluan mahasiswa atas dasar bisnis, ada yang menikmati gelora nafsu kesenangannya dengan meneteskan sedikit demi sedikit perasaannya pada lawan jenisnya selama berjam-jam, ada yang suka menunggu datangnya fajar shodiq bersama lembaran penuh pengetahuan yang mereka perolah dari gudangnya ilmu, dan ada yang tak melakukan apa-apa kecuali tidur belaka.
Semua punya kesibukan masing-masing. Jangan salah sangka, mahasiswa itu memang menafik kadang kala. Dan mungkin sang penulis sendiri termasuk didalamnya. Sebab komentar dan memburu kepuasan sendiri adalah keahliannya.

Saat malam terus menggerus kebebasan nafas panjang. Di belakang pondok, di dekat kamar mandi kulihati seorang remaja belasan tahun tanpa mengenakan pakaian pada tubuh kurusnya sendang menyalakan keran air. Mengisi bak kosongnya hingga setengah penuh. Lalu masuk kembali dalam pondoknya. Tak lama ia pun keluar dengan menopang 6-10 pakaian dilengan kanannya. Dan diletakkanlah pakaian itu pada bak tadi.
“Sudah sini tak bantu, terlalu lama mencuci seperti itu,” sahut temannya yang baru saja muncul dari kegelapan bayangan bulan.
“Udah kamu tidurlah dulu, gampang masalah cucian ini. Nanti juga selesai kok. Santai-santai…aku sudah terbiasa dengan hal seperti ini saudaraku,” jawab pemuda yang masih aku pandangi sekitar 2 meter di sebelah kiri pandangan kedua remaja tadi.
“Sudahlah saudaraku, ayo tak bantu. Kamu jangan menolak ya ! ini adalah kuasa Tuhan untukku membantumu.”
Kuperlihatakan beberpa menit kemudian sang pemuda yang baru muncul dari kegelapan malam itu mengambil alih seutuhnya cucian baju temannya.
Tak ku kira masih ada kebaikan yang mampu menyelinap dibalik trifungsi yang sekedar teori belaka. Tak kusangka emapti yang datang tanpa diminta. Sedang aku yang dari tadi disamping nya hanya menatapi lengan remaja itu. Ia menarik lengan kanannya ke kiri dan kekanan dengan sikat dan baju berada dibawah tubuhnya.
Aku pun terharu. Betapa semangatnya. Lengan kiri yang kehilangan jarinya kecuali pergelangan tangan yang tersisa. Masih bisa mencuci seperti orang waras saja.

0 komentar:

Posting Komentar

silahakan tambahakan komentar anda