Saat malam menepuk kepala setiap
manusia dengan lamunan, fantasi-fantasi, atau khayalan. Kembali bergoyang
perjuangan yang menunjukan keakuan didepan bola mata. Ada yang sedang sibuk
megledahi kertas kosongnya dengan tinta suruhan pengajarnya, ada yang kumpul-kumpul
meneguk air hitam manis pahit semalam suntuk, ada yang memutar isi otak nya
demi uang hingga ia mengumpulkan puluan mahasiswa atas dasar bisnis, ada yang
menikmati gelora nafsu kesenangannya dengan meneteskan sedikit demi sedikit
perasaannya pada lawan jenisnya selama berjam-jam, ada yang suka menunggu
datangnya fajar shodiq bersama
lembaran penuh pengetahuan yang mereka perolah dari gudangnya ilmu, dan ada
yang tak melakukan apa-apa kecuali tidur belaka.
Semua punya kesibukan
masing-masing. Jangan salah sangka, mahasiswa itu memang menafik kadang kala. Dan
mungkin sang penulis sendiri termasuk didalamnya. Sebab komentar dan memburu
kepuasan sendiri adalah keahliannya.
Saat malam terus menggerus
kebebasan nafas panjang. Di belakang pondok, di dekat kamar mandi kulihati
seorang remaja belasan tahun tanpa mengenakan pakaian pada tubuh kurusnya
sendang menyalakan keran air. Mengisi bak kosongnya hingga setengah penuh. Lalu
masuk kembali dalam pondoknya. Tak lama ia pun keluar dengan menopang 6-10
pakaian dilengan kanannya. Dan diletakkanlah pakaian itu pada bak tadi.
“Sudah sini tak bantu, terlalu
lama mencuci seperti itu,” sahut temannya yang baru saja muncul dari kegelapan
bayangan bulan.
“Udah kamu tidurlah dulu, gampang
masalah cucian ini. Nanti juga selesai kok. Santai-santai…aku sudah terbiasa
dengan hal seperti ini saudaraku,” jawab pemuda yang masih aku pandangi sekitar
2 meter di sebelah kiri pandangan kedua remaja tadi.
“Sudahlah saudaraku, ayo tak
bantu. Kamu jangan menolak ya ! ini adalah kuasa Tuhan untukku membantumu.”
Kuperlihatakan beberpa menit
kemudian sang pemuda yang baru muncul dari kegelapan malam itu mengambil alih seutuhnya
cucian baju temannya.
Tak ku kira masih ada kebaikan
yang mampu menyelinap dibalik trifungsi yang sekedar teori belaka. Tak kusangka
emapti yang datang tanpa diminta. Sedang aku yang dari tadi disamping nya hanya
menatapi lengan remaja itu. Ia menarik lengan kanannya ke kiri dan kekanan
dengan sikat dan baju berada dibawah tubuhnya.
Aku pun terharu. Betapa semangatnya.
Lengan kiri yang kehilangan jarinya kecuali pergelangan tangan yang tersisa. Masih
bisa mencuci seperti orang waras
saja.
0 komentar:
Posting Komentar
silahakan tambahakan komentar anda