Rabu, 22 Oktober 2014

Tanpa Maksud, Memutar Perenungan

      Prodiku bersatu padu dalam sebuah fakultas. Menenggelamkan visi-misi dalam kesatuan. Jauh dari lahir batin aku senang mendengar kita punya fakultas. Sebentar saja. Setelah itu tangisan dari masa depan mendekatiku dan membisikiku. “Akan tiba masanya yang menempelkan Organisasian Mahasiswa (Ormawa) di dinding-dinding ketakwibawaan ibarat loper tenaga outsourcing. Kursi kedikdayaan bak nasi yang dikelilingi manusia kelaparan. Bila Ormawa bersaing dalam Seminar. Bila prodi bersaing mengadakan acara dan program kerja demi akreditasi dan lembaran muka prodinya masing-masing. Tak hanya itu, birokrasi menyelubung kelangit-langit transparansi serta keadilan hingga hampir hilang wujudnya. Persaingan adu kedudukan bermunculan. Saling rebut kursi demi kekuasaan dari tingkat mahasiswa hingga karyawan. Saling iri saling lempar salah.
      Kepala dan buntut lari, berlarian arah. Tak adalagi esensi pengabdian pada pendidikan. Kecuali eksistensi diri wujud keberadaan ilmu tertinggi. Para pengajarnya menghujat dengan pembenaran. Para mahasiswanya haus akan isu kepentingan dan bersifat oportunisme. Kepala-kepala bakal mengeras mengalahi kerasnya permata, tak sadar bahwa otak dan akal itu begitu lembut lagi halus sebenarnya. Tak ada yang dapat dipersalahkan ketika itu. Kecuali hari ini, perlunya integrasi.
      Aku termenung dalam beku saat rembulan menatap ku, tajam. Hati yang cerah perlahan lusuh penuh debu perenungan. Bila harga diri tergadaikan tentu tinggal karomahnya ilmu-wawasan. Bila keduanya sirna, sirnalah semua. Rel akan menjauhi kereta dan penumpangnya akan kesasar dari tujuan awal. Kearah mana prodi ini akan dibawa, berawal dari hari ini. bersama fajar shodiq bersumpahlah kalian semua. Perbaikilah do’a, kata, dan laku tanpa tanpa ketinggian ambisi. Wujudkanlah keluhuran hati untuk mengabdi.
     Bila esok krisis ekistensi mewujud tangan-tangan kemunafikan hilanglah baju dari badan. Bila kemunculan warna perpolitikan pada tingkat Ormawa dan Karyawan dikehandaki. Maka tunggulah kerobohan visi-misi. Aku ingin dekat dengan mereka. Sangat dekat tanpa tiada batas. Dan kedekatanku dapat disapa dilain hari. Ku kehendaki integrasi dan akulturasi. Bukan disposisi.
      Inikah aku kini dan begitukah aku esok hari. Karena akulah angkatan uji coba sekaligus penentu elektabilitas adik-adikku, nanti. Semoga bisikan tangisan masa depan itu tak terejadi. Nantinya, aku rindu akan hari suci sebelum pembentukan fakultas terjadi.

Bangkalan-Perum Graha, 22 Oktober 2014

0 komentar:

Posting Komentar

silahakan tambahakan komentar anda