Keterbukaan Perbandingan
Untuk
mahasiswa Ekonomi Syariah, para pengajar, dan orang tua mahasiswa, “Bagaimana menurut anda jika Program Studi
Ekonomi Syariah (Prodi Es) mengawali pembaharuan tenaga pengajar? Maksudnya,
jika yang mengajar mahasiswa Es adalah seorang professor?”
Prodiku
memang belum lama berdiri. Belum juga menelurkan lulusan di pasaran ketenaga
kerjaan. Pasalnya UTM menjadi pelopor pertama di Madura sekelas perguruan
tinggi negeri umum yang memiliki prodi Es.
Namun
jangan mencoba bertanya berapa banyak peminatnya. Jelas tak dapat diragukan. Selama
kurun waktu 2011-2014 kurang lebih 500 mahasiswa telah tertampung didalamnya.
Belum yang ditolak ! Wah pastinya ribuan selama empat tehun terakhir ini. 500 !
Banyakkan. Jika anda menjawab tidak. Mungkin nanti dapat kami jelaskan
selanjutnya.
Sebelumnya
anda harus membuka isi kepala anda untuk bersifat demokratis dan terbuka.
Karena prodi yang baru ini masih memberlakukan manajemen birokrasinya
sederhana; Ruangan untuk mengajar pun masih menjadi kendala utama dalam
melakukan penambahan jumlah mahasiswa; Sedang
belum tenaga pengajar tetapnya saja tak sampai belasan. Perbandingan
yang ada, secara minimal 45 mahasiswa banding 1 dosen dalam mengajar.
Bagaimana? Wajar bukan, selama empat tahun baru menerima 500 mahasiswa.
Prof, Sini Lho…!!!
Dalam
masalah tenaga pengajar, Prodi yang baru berdiri kurang lebih empat tahun silam
ini memang belum memiliki tenaga pengajar yang menjadikan iri hati prodi
lainnya. Pasalnya tenaga pengajar tetap yang dimiliki hampir 80 persen terdiri
dari S2 dan doktor sementara masih 1 orang. Sedang tenaga pengajar bantu atau
kontrak masih didominasi oleh jenjang S2.
Disisi
lain, kampus UTM telah memliki seorang Profesor yang fokus Desertasinya pada
pengkajian Akuntasi Syariah. Namun sayang Profesor itu tak mengajar di prodi Es.
Entah dia tidak mau, belum diundang prodi untuk ngajar atau memang masih belum
siap mengajar di prodi Es, saya belum tahu. Karena selama ini dia masih
mengabdikan dirinya secara penuh di Fakultas Ekonomi (FE) yang tidak memiliki
fokus prodi Es.
Amat
disayangkan jika dia tidak mengajar di prodi Es di Fakultas Ilmu-Ilmu Keislaman
(FIIK) UTM.
Sebenarnya,
akan menjadi kebanggaan tersendiri jika seorang Profesor dapat mengajar di
Prodi Es. “Mantapp…” kata seorang
teman. “Iya ndak papa, sangat bagus itu.
Sini Lho Prof…” sahut teman lainya saat bincang-bincang lepas di warung
kopi.
Tenaga
pengajar yang professional setara Profesor tentu mejadi pertimbangan tersendiri
dalam menentukan eksistensi sebuah prodi. Secara konsep, bahwa semakin tinggi jumlah
professor yang mengajar tentu akan menhasilkan out put yang semakin bagus. Karena Profesor jelas memiliki taraf
keilmuan yang jauh berbeda dengan lulusan S2 atau pun doktor. Titel professor
telah diakui dunia pendidikan. Karena secara kualitas isi kepalanya, bukan
karena sekedar titel.
Begitu
senangnya mahasiswa Es jika dapat di ajar seorang professor. Mungkin kedepan
dapat dicoba oleh prodi Es untuk mendatangkan sang professor agar mengajar di
prodi Es. Entah sebulan sekali atau dua minggu sekali.
Bicara
efektif atau tidaknya untuk diterapkan mungkin dapat dibicarakan dilain hari.
Yang jelas jika sang professor berani ditarik untuk mengajar di Es. Mahasiswa
akan mendapatkan pengalaman diajar oleh seorang professor. Secara dealektis,
krangka berfikir, dan karaktersitik mahasiswa dapat mendapatkan persuasi khusus
dari sang guru besar tersebut.
Waw… bergengsi bukan, diajar
professor. Demi Prodi Es, jayalah engkau.
0 komentar:
Posting Komentar
silahakan tambahakan komentar anda