Minggu, 06 April 2014

LEBARANYA SEORANG VETERAN

Akulah Soedjono yang kesepian diantara gemerlapnya limunan hedonisme moderenisasi alam raya Indonesia. Begitu banyak cerita dalam jiwa ini tak mampu aku luapkan kesiapa pun meski kepada cucu tersayangku Riko yang sebentar lagi masuk dunia perkuliahan. Dahulu aku bertugas di wilayah Jawa Timur untuk menjaga keamanan setiap pelosok tempat yang dianggap darurat akibat ulah front pembela sosialisme. Sehingga aku jarang singgah kerumah lantaran tugas panggilanku selalu membarengi jabatanku sebagai seorang prajurit TNI.


    Masa silam adalah kejayaan dan masa pembunuhan karakterku ketika aku menjadi kabaret terdepan saat tragedi September 1960. Dimana hakku sebagai warga Indonesia telah ditikam dari belakang untuk mematuhi setiap kata-kata atasanku, sampai-sampai membuatku bengis tak peduli siapa kawan siapa lawan. Tapi tahu kah anda sekalian jika hari ini tepatnya pertengahan Oktober 2014 yang bebarengan dengan hari raya Idhul ‘adha. Dimana nostalgia itu muncul, kesepian, tangisan, setiap lolongan nasip tak menentu, ribuan anak laki-laki tak berbapak, janda-janda bertmpuk undung, serta keruhnya air sungai selaksa berubah warnanya hingga memerah. Bahkan gemerlapnya mendung senjapun tak tampak indahnya akibat sepercik cahaya memah yang selalu melintang mengganggu setiap pandangan.
    Ketika itu, aku masih teramat muda betul. Umurku pun baru sekitar tiga puluhanan tahun. Meski begitu pengalamanku menjinakan setiap situasi sudah begitu malang melintang. Aku tak sadar bahwa aku manusia biasa yang kapan saja dijemput maut, aku lupa kalau naluriku selama ini bersembunyi dibalik tebing yang termat tinggi hingga tak dapat aku tapaki jejaknya. Aku juga lengah kalau setiap manusia itu pada dasarnya memiliki hak hidup dan diberi kehidupan. Aku juga benar-benar lupa kalau terkadang setiap laras yang ku pegang sering dihadang oleh suara alam sembari untuk menahanku laksana memberhentian bengisnya jiwa ini.
    Tahun 1960 merupakan masa-masa agitasi-propaganda dari para pemimpin dunia. Dibolehkanya setiap warga Negara Indonesia untuk berpolitik nan berpartai seluas-luasnya oleh presiden kala itu tengah menjadi awal momok tragedi September. Walaupun Indonesia merupakan Negara damai paska kemerdekaan harus rela menangis ulang akibat skenario politik luar negeri yang kejam. Hingga sampai saat ini penelisikan sejarah tragedi September pun telah banyak dikaburkan oleh subjetifitas pemikiran belaka yang berdiri diatas kepentingan.
   Kini nasibku tinggal seumur ujung jagung yang tak lama habis dimakan usia. Begitu banyaknya warna terlihat jelas di atara jiwa dan tawa ria mereka, anak laki-laki berbapak, anak sekolah telah bebas memilah pilah tempat sekolah, mewahnya jaman hingga anak berumur belasan tahun telah mampu menikmati kemajuan teknologi, suami-istri yang luas keluar masuk pasar untuk berbelanja, kelompok-kelompok belajar keluar masuk wahana rekreasi, pemuda-pemuda penggerak masa depan hilir-mudik dari pintu kantor kerjanya, ribuan wanita karir menyelimuti perekonomian, mudahnya mengakses informasi-transportasi, para petani yang selalu menikmati nasipnya sebagai seorang petani klutok,dan para tokoh agama yang saling menghormati harkat-martabat pancasila.
    Terkadang tangisan jiwa atas penyesalan tak mampu aku bendung. Adakah ampunanmu Tuhan atas tragedi masa silam, adakah setiap janda-danda dan setiap anak Yatim mahu mamaafkanku, adakah tabir mendung gelap yang gantikan tabir cahaya terang hingga setiap mata tenang, nyaman menyapa cahaya itu. Pada siapa aku mengajukan sesal, namun aku tak tahu pasti kemana. Tahukah anda kalau aku tak berani dan tak mampu membuka nostalgia ini dihadapan khalayak masa secara terang-terangan. Maka dari itu aku menitipakan serpihan cerita ini kesetiap angin yang menyongsongku. Karena selain aku sudah sepuh, nasipku pun tak cukup beruntung. Sakit yang sering mampir ini tak pernah rela memungun setitik nyawa yang tersisa ditubuh tua hingga menyulitkanku untuk bergerak, makan, minum dan bahkan mandi sekalipun. Semoga karma ini segera sirna dan nyawa menghilang dari jasat lungsut ini.  

0 komentar:

Posting Komentar

silahakan tambahakan komentar anda