Dalam bahasa arab hari ulang tahun sering disebut milad, Inggris “Universary”,
jawa “tiron.” Tetapi dari ketiga
bahasa tersebut terdapat perbedaan mendasar dalam pemaknaannya. Milad atau
universary sering diperingati setahun sekali. Sedang tiron menurut perhitungan
jawa akan diperingati sesuai penanggalan jawa, untuk praktiknya sebulan sekali
peringatannya.
Hari
ulang tahun atau sering disebut Ultah pendehknya merupakan hari yang
dinanti-nanti setiap orang. Hari yang diidentikan dengan hari kelahiran
umumnya. Sehingga tak jarang orang-orang disekitar kita menganggap ultah
itu
penting untuk diperingati.
Semakin
bertambahnya angka tahun maka keanekaragaman peringatan ultah itu sendiri telah
mengalami banyak versi di dunia. Seperti peringatan kelahiran Jesus di yang
dikultuskan dengan ritual-ritual kerohanian. Perigatan hari lahir Muhammad di
Indonesia dengan ditandai agenda lomba baca al-quran, qasidah, rebanan, ritual
membaca solawat secara missal, kendurinan
dll.
Samapi sejauh ini
ultah selalu membawa variasi-variasi baru dan selalu baru. Kalau di Jepang dan
Korea setiap orang yang sedang merayakan ultah akan mengajak teman, keluarganya
bermain kesebuah gedung, villa dan rumah pribadi untuk sekedar makan dan minum
selama semalam suntuk. Kalau beberapa pemilik perusahaan di Indonesia kebiasaan
menyewa Villa dan Café juga sudah menjadi kewajaran, bahkan keharusan.
Mungkin
perayaan peringatan ultah seseorang baik di Jepang, Amerika, Paris, Korea atau
Indonesia selalu memiliki cirri khas dan keunikan masing-masing. Seperti
beberapa tahun terakhir ini, setelah akhir tahun 2011, ada perayaan ultah yang
lebih aneh di wilayah manapun. Di kerajaan Timur Jawa pulau Madura
tepatnya.
Perayaan
ultah lebih terlihat ganjal. Beberapa Kg tepung terigu serta 5 atau 6 butir
telur mungkin sudah menjamur dalam perayaan ultah dikalangan pemuda. Hal yang
paling tak biasa yang dapat disaksikan dalam perayaan ultah di kerajaan Timur
Jawa-Madura adalah sebuah kebiasaan mengikat seseorang yang sedang ultah selama
berjam-jam di sebuah tiang, pohon, dinding rumah, kursi, motor atau sebagainya.
Tidak cukup diikat saja. Melainkan guyuran ceren,
air bekas cucian piring dan baju, lem, plastik bekas, sampah juga ikut
melengkapi perayaan tersebut. Bahkan tak jarang, jika yang merayakan ultah
adalah seorang laki-laki, ia bakalan ditelanjani oleh teman-temannya dan
setelah itu diceburin ke sungai.
Perayaan
dengan cara demikian didasarkan akan setting
of moment. Sehingga semakin parahnya, semakin seriusnya membuat orang yang
ultah itu dapat merasa benar-benar malu maka perayaan ultah diangap sukses.
Karena semakin orang ultah itu dipermalukan diharapakan ia akan lebih akrab
pada teman-temanya, lebih solit dalam berteman.
Secara hukum etika dan moral perayaan demikian itu tidak dapat dibenarkan dan
tak dapat dianggap wajar. Karena memiliki unsur menindas, menghilangkan harkat
dan martabat seseorang. Sedikit tawa yang terbahak ternyata dapat menina
bobokan makna penganiyayaan atau amoral dalam kondisi tersebut.
Tetapi
menurut saya alagkah baiknya perayaan ultah itu sebisa mungkin lebih diarahkan
pada pendidikan berkarakter, kesopan, dan mengasilkan kenangan tindakan
positif. Perayaan dengan jalan ritual-ritual do’a keselamatan, atau sekedar
makan-makan dapat menjadi alternatif. Bahkan bisa juga dihari perayaan ultah
seseorang melakukan kegiatan pengabdian-pengabdian seperti mengajar anak
SD-SMP-SMA secara gratis tanpa pamrih selama sehari atau bebehari. Dengan
begitu peringatan ultah lebih bersifat memiliki manfaat positif.
Dari pada kita harus menyakiti orang alangkah mulianya jika kita berbuat baik
pada orang. Pasalnya, jika kita ingin
dibaiki oleh orang tentu kita harus berbuat baik kepada orang. Selain itu,
yang ditakutkan dari perayaan ultah secara amoral adalah usaha balas dendam
perayaan ultah suatu saat nanti. Acuan kebiasaan ultah yang dirasa melanggar
etika dan moral perlu dikurangi perlahan.
0 komentar:
Posting Komentar
silahakan tambahakan komentar anda