Kamis, 15 Mei 2014

100% ULTAHKU ALA MADURA



    Dalam bahasa arab hari ulang tahun sering disebut milad, Inggris “Universary”, jawa “tiron.” Tetapi dari ketiga bahasa tersebut terdapat perbedaan mendasar dalam pemaknaannya. Milad atau universary sering diperingati setahun sekali. Sedang tiron menurut perhitungan jawa akan diperingati sesuai penanggalan jawa, untuk praktiknya sebulan sekali peringatannya.
   Hari ulang tahun atau sering disebut Ultah pendehknya merupakan hari yang dinanti-nanti setiap orang. Hari yang diidentikan dengan hari kelahiran umumnya. Sehingga tak jarang orang-orang disekitar kita menganggap ultah


itu penting untuk diperingati.
   Semakin bertambahnya angka tahun maka keanekaragaman peringatan ultah itu sendiri telah mengalami banyak versi di dunia. Seperti peringatan kelahiran Jesus di yang dikultuskan dengan ritual-ritual kerohanian. Perigatan hari lahir Muhammad di Indonesia dengan ditandai agenda lomba baca al-quran, qasidah, rebanan, ritual membaca solawat secara missal, kendurinan dll.
Samapi sejauh ini ultah selalu membawa variasi-variasi baru dan selalu baru. Kalau di Jepang dan Korea setiap orang yang sedang merayakan ultah akan mengajak teman, keluarganya bermain kesebuah gedung, villa dan rumah pribadi untuk sekedar makan dan minum selama semalam suntuk. Kalau beberapa pemilik perusahaan di Indonesia kebiasaan menyewa Villa dan Café juga sudah menjadi kewajaran, bahkan keharusan.
   Mungkin perayaan peringatan ultah seseorang baik di Jepang, Amerika, Paris, Korea atau Indonesia selalu memiliki cirri khas dan keunikan masing-masing. Seperti beberapa tahun terakhir ini, setelah akhir tahun 2011, ada perayaan ultah yang lebih  aneh di wilayah manapun. Di kerajaan Timur Jawa pulau Madura tepatnya.
   Perayaan ultah lebih terlihat ganjal. Beberapa Kg tepung terigu serta 5 atau 6 butir telur mungkin sudah menjamur dalam perayaan ultah dikalangan pemuda. Hal yang paling tak biasa yang dapat disaksikan dalam perayaan ultah di kerajaan Timur Jawa-Madura adalah sebuah kebiasaan mengikat seseorang yang sedang ultah selama berjam-jam di sebuah tiang, pohon, dinding rumah, kursi, motor atau sebagainya. Tidak cukup diikat saja. Melainkan guyuran ceren, air bekas cucian piring dan baju, lem, plastik bekas, sampah juga ikut melengkapi perayaan tersebut. Bahkan tak jarang, jika yang merayakan ultah adalah seorang laki-laki, ia bakalan ditelanjani oleh teman-temannya dan setelah itu diceburin ke sungai.
   Perayaan dengan cara demikian didasarkan akan setting of moment. Sehingga semakin parahnya, semakin seriusnya membuat orang yang ultah itu dapat merasa benar-benar malu maka perayaan ultah diangap sukses. Karena semakin orang ultah itu dipermalukan diharapakan ia akan lebih akrab pada teman-temanya, lebih solit dalam berteman.
    Secara hukum etika dan moral perayaan demikian itu tidak dapat dibenarkan dan tak dapat dianggap wajar. Karena memiliki unsur menindas, menghilangkan harkat dan martabat seseorang. Sedikit tawa yang terbahak ternyata dapat menina bobokan makna penganiyayaan atau amoral dalam kondisi tersebut.
   Tetapi menurut saya alagkah baiknya perayaan ultah itu sebisa mungkin lebih diarahkan pada pendidikan berkarakter, kesopan, dan mengasilkan kenangan tindakan positif. Perayaan dengan jalan ritual-ritual do’a keselamatan, atau sekedar makan-makan dapat menjadi alternatif. Bahkan bisa juga dihari perayaan ultah seseorang melakukan kegiatan pengabdian-pengabdian seperti mengajar anak SD-SMP-SMA secara gratis tanpa pamrih selama sehari atau bebehari. Dengan begitu peringatan ultah lebih bersifat memiliki manfaat positif.
     Dari pada kita harus menyakiti orang alangkah mulianya jika kita berbuat baik pada orang. Pasalnya, jika kita ingin dibaiki oleh orang tentu kita harus berbuat baik kepada orang. Selain itu, yang ditakutkan dari perayaan ultah secara amoral adalah usaha balas dendam perayaan ultah suatu saat nanti. Acuan kebiasaan ultah yang dirasa melanggar etika dan moral perlu dikurangi perlahan.

0 komentar:

Posting Komentar

silahakan tambahakan komentar anda