Jumat, 30 Mei 2014

Resensi Buku Pramoedya, Judul "Bukan pasar Malam"


http://www.lendabook.co/images/book/bukan_pasar_malam_b.jpgBuku Pramoedya Ananta Toer dengan Judul “Bukan Pasar Malam” yang berusaha menggambarkan kehebatan seorang laki-laki berkumis tebal, tak lain ayahnya sendiri, Mastoer Imam Bajoeri. Dimana ketika masa mudanya ia berusaha menyamar menjadi kaki tangan kaum Kolonial, tetapi pada akhirnya ia tetap bersikukuh berjuang demi jalan Kemerdekaan Indonesia.
  
    “Dan di dunia ini, manusia bukan berduyun-duyun lahir di dunia dan berduyun-duyun kembali pulang… seperti dunia pasar malam. Seseorang mereka datang… dan pergi. Dan yang belum pergi dengan cemas-cemas menunggu saat nyawanya terbang entah kemana,” pesan Pram dalam bukunya.
     Sesekali manusia hidup di dunia ini tak cukup bebas hidupnya, selalu dipenuhi uji dan cobanya Tuhan. Ketika Pram baru saja keluar dari penjara seprti yang di perlihatkan dalam halaman 8, ternya derita yang lain telah menjemputnya dari tanah Blora, ayahnya sakit dan terbaring menahan TBC dibadannya. Dan tanpa pikir panjang Pram ketika itu juga bersusah payah mencari pinjaman Uang ke beberapa temannya untuk dipergunakan pulang ke Blora bersama isterinya, karena saat itu ia masih berada di Jakarta.
    Yang amat teramat kasihan ketika, keuangan Pram kian menipis karena ia dan isterinya sudah hampir kurang lebih dua minggu lamanya di Blora. Isterinya saat itu mengajak pulang, dan Pram beranjak mengucap pamit pada sang ayah. Tapi ternyata begitu amat teramat kangennya sang ayah kepada anak laki-lakinya yang selama kurang lebih 17 tahun hidup dipenjara. Ketika Pram mengatakan, “bapak, bagaimana pikir bapak, bila kami kembali dulu ke Jakarta?” lalu sang ayah menjawab, “nanti dulu, ya? Tunggu seminggu lagi.” Serasa sang ayah hafal betul bahwa pada hari terakhirnya ia dapat tersenyum dan membuka mata, ia perlu melihat Pram untuk kali terakhir dalam hidupnya.
    Setidaknya buku ini lumayan penting untuk dibaca bagi siapa pun yang ingin mengetahui sejarah ekonomi keluarganya Pram, yang begitu miskin diakhir masa kejayaan yang ayah hingga untuk mengobatkan sang ayahnya saja seluruh keluarganya tak ada jalan lagi kecuali mengandalkan Pram, walau Pram sendiri Uang itu didapat dari hutangan. Tak lupa buku ini juga berusaha menjawab berbagai ucapan lebeling yang diberikan oleh masyarakat sekitar Blora dengan tuduhan bahawa “Pram dan keluarganya selama ini dianggap sebgai keluarga orang-orang komunis yang tidak pro akan kemerdekaan Indonesia.”
    Tetapi mungkin jika anda berharap lebih mengenai masa-masa pengabdian sang ayah secara mendalam, mungkin anda tak akan dapat menemukannya dam buku ini. Lalu, seandainya diijinkan berkata, alangkah lebih lengkapnya mungkin dalam buku ini ada penambahan Foto ayah handa Pram, keluarga dan adik-adiknya dan beberapa tambahan kisah sejarah perjuangan ayahnya dalam membela republik Indonesia semasa muda hingga menjelang tua.

0 komentar:

Posting Komentar

silahakan tambahakan komentar anda