
“Dan di dunia
ini, manusia bukan berduyun-duyun lahir di dunia dan berduyun-duyun kembali
pulang… seperti dunia pasar malam. Seseorang mereka datang… dan pergi. Dan yang
belum pergi dengan cemas-cemas menunggu saat nyawanya terbang entah kemana,” pesan Pram dalam bukunya.
Sesekali manusia hidup di dunia ini tak cukup
bebas hidupnya, selalu dipenuhi uji dan cobanya Tuhan. Ketika Pram baru saja
keluar dari penjara seprti yang di perlihatkan dalam halaman 8, ternya derita
yang lain telah menjemputnya dari tanah Blora, ayahnya sakit dan terbaring
menahan TBC dibadannya. Dan tanpa pikir panjang Pram ketika itu juga bersusah
payah mencari pinjaman Uang ke beberapa temannya untuk dipergunakan pulang ke
Blora bersama isterinya, karena saat itu ia masih berada di Jakarta.
Yang amat teramat kasihan ketika, keuangan Pram
kian menipis karena ia dan isterinya sudah hampir kurang lebih dua minggu
lamanya di Blora. Isterinya saat itu mengajak pulang, dan Pram beranjak
mengucap pamit pada sang ayah. Tapi ternyata begitu amat teramat kangennya sang
ayah kepada anak laki-lakinya yang selama kurang lebih 17 tahun hidup
dipenjara. Ketika Pram mengatakan, “bapak,
bagaimana pikir bapak, bila kami kembali dulu ke Jakarta?” lalu sang ayah
menjawab, “nanti dulu, ya? Tunggu
seminggu lagi.” Serasa sang ayah hafal betul bahwa pada hari terakhirnya ia
dapat tersenyum dan membuka mata, ia perlu melihat Pram untuk kali terakhir
dalam hidupnya.
Setidaknya buku ini lumayan penting untuk dibaca
bagi siapa pun yang ingin mengetahui sejarah ekonomi keluarganya Pram, yang
begitu miskin diakhir masa kejayaan yang ayah hingga untuk mengobatkan sang
ayahnya saja seluruh keluarganya tak ada jalan lagi kecuali mengandalkan Pram,
walau Pram sendiri Uang itu didapat dari hutangan. Tak lupa buku ini juga
berusaha menjawab berbagai ucapan lebeling
yang diberikan oleh masyarakat sekitar Blora dengan tuduhan bahawa “Pram dan
keluarganya selama ini dianggap sebgai keluarga orang-orang komunis yang tidak
pro akan kemerdekaan Indonesia.”
Tetapi mungkin jika anda berharap lebih mengenai
masa-masa pengabdian sang ayah secara mendalam, mungkin anda tak akan dapat
menemukannya dam buku ini. Lalu, seandainya diijinkan berkata, alangkah lebih
lengkapnya mungkin dalam buku ini ada penambahan Foto ayah handa Pram, keluarga
dan adik-adiknya dan beberapa tambahan kisah sejarah perjuangan ayahnya dalam
membela republik Indonesia semasa muda hingga menjelang tua.
0 komentar:
Posting Komentar
silahakan tambahakan komentar anda