Jumat, 30 Mei 2014

Pramoedya Ananta Toer_Jalan Raya Pos, Jalan Daendels


http://sejarawanmuda.files.wordpress.com/2011/04/jalan_raya_pos_b.jpgJudul      : Jalan Raya Pos, Jalan Daendels
Penulis   : Pramoedya  Ananta Toer
Penerbit : Lentera Dipantara
Cetakan  : 9, April 2012 (Cetakan 1, Oktober 2005)
Tebal      : 145  hal
ISBN      : 979-97312-8-3

Buku karangan Pramoedya Ananta Toer dengan judul “Jalan Raya Pos, Jalan Deandels” ini berusaha mengisahkan kekuatan Mr. Herman Willem Deandels atau kerapa dikenal Jenderal Deandels sang putra Guntur. Hanya sekitar kurang lebih satu tahun saja anatara 1808-1809  Ia sukses memperlebar dan memperbaiki Jalan raya sejauh 1.000 Km dari Ayer samapai Panarukan.
Dalam buku tersebut Pram juga berusaha menggambarkan kutiban masyarakat Jawa yang diarak secara paksa melalui beberapa penaklukan para penguasa Jawa. Lalu, masyarkat dan para raja yang tak berdaya dengan kekuatan putra Guntur begitu tak kenal kompromi mengakibatkan darah-darah bercacaran dari ujug Timur sampai Barat pulau Jawa. 
Kisah ribuan masyarakat yang mati kelaparan, kelelahan, diserang wabah malaria dan beberapa diantaranya digantung di pohon-pohon di setiap jalanan dapat anda temui di buku ini. Selain itu, Pram juga berusaha mengisahkan beberapa pengalaman pribadinya dalam menyusuri sejarah kota-kota yang berada dalam lingkup Jalan Raya Pos atau Jalan Deandels.
Buku ini sangat cocok dibaca untuk siapa pun yang berkeinginan melacak sejarah peristiwa pra kemerdekaan dan paska kemerdekaan (sekitar abad XI sampai kira-kira abad XIX ) pada kota-kota sekitar jalan Ayer samapai Panarukan. Tak lupa nantinya, anda akan menemukan kisah masyarakat pribumi yang selama bertahun-tahun melakukan berbagai perlawanan pada masa pemerintahan kolonialisme, namun naas hidup mereka tetap saja terkurung pada hukum culturstelsel kaum kolonial baik. Itulah kisah pilu yang dirasakan masyarkat di kota Blora, Banten, Tanggerang, Batavia, Depok, Perinagan, Sumedang, Cirebon, Tegal, Semarang, Tuban, Surabaya, Probolinggo dll.
Tak lupa buku ini cocok untuk dibaca kembali sebagai tambahan refensi ketika anda menjadi seorang pengajar dan sejarahwan. Dan bagi yang tak suka membaca buku-buku mengenai kisah sejarah kami harapkan jangan membaca buku ini. Karena jika anda memaksa membacanya anda akan pusing dan jenuh menatapi lembara tulisan sebanyak 147 halaman yang hanya memiliki satu gambar saja.
Semoga nantinya, buku ini dapat sedikit direvisi dan ditambahi beberapa gambar-gambar otentik terkait sejarah yang disampaikan dalam buku.
Jadi, buku ini berusaha mengisahkan kebengisan, pembunuhan missal yang diakibatkan oleh penguasa kolonial dari luar negeri terutama putra Guntur dan beberapa pengalaman pribadi Pram.

0 komentar:

Posting Komentar

silahakan tambahakan komentar anda