Senin, 02 Juni 2014

MATA YANG TERSELIP

Salam hangat aku ucap padamu wahai bunga kelas…
       Bunga, tahukah engkau keadaanku pagi ini ! 2, 3, 4 atau 5 jam pagi ini terasa begitu aneh kurasa. Waktu yang aku sebutkan amat ganjal rasanya. Serasa hitungan haripadahal hitungan jam. Tak lupa jenuh pun menghampiriku kali ini. Betapa sulit kurasa. Untuk sekedar fokus  belajar saja aku tak mampu. Ya, benar tak mampu.
       Terbayang engkau duduk disamping kiri kursiku. Terbayang senyumu serta wajah manismu dari sinar matamu. Bunga yang selalu aku perhatikan setiap geraknya, langkahnya, ucap dan sikapnya. Bunga yang pertama kali mempunyai arti dalam gelora kepenulisanku tentang perasaan. Ya, itulah engkau. 
       Seperti orang ling lung hari ini. Menengok-nengok dirimu tapi tetap tak nampak juga. Kucoba berteriak aku tak mampu, kecuali dari hati. Kini hanya tulisan yang mampu menemaniku. Tapi tetap tak mampu menggantikan bayangmu.
       Bunga, aku bukanlah orang yang suka mengumbar kasih rindu. Sebab rindukupun kali ini sebenarnya karena kasih_kasihnya seorang teman. Dan kuharap kau tak sebut ini “CINTA.” Cinta hanyalah mimpi dan janji manis belaka. Bilang cinta tapi kadang tak setia. Bilang jujur tapi kemunafikan kadang muncul dari kata dan laku. Bilang cinta saling menghargai, tapi yang ada kadang menyakiti hati.
       Kau sebut saja ini rindu. Rindunya seorang teman dari pulau seberang yang susah kepalang mencari teman dambaan perasaan.
       Bunga, tak sadar pena ini mengelurkan tinta-tinta bermakna kasih rindu. Yang mana ucap kataku tak mampu bicara. Karena aku hanyalah orang berperasaan dalam angan, pikiran, dan tulisan. Tetapi kadang kala juga lewat tindakan pula. Hemmm…
       Sesekali ku tengok kembali keberadaanmu,namun tetap saja tak ada bayangmu. Kemanakah engkau hari ini? Biasanya, diantara kursi belakang itu bersama tiga orang sahabatmu engkau berada disana. Kau sandarkan punggungmu, ya disana.
       Sakitkah engkau di sana? Atau adakah masalah menyapamu hari ini. Kuharap tidak semua.
       Bunga, aku berharap tinta-tinta ini mampu menggantikan kata dari bibirku. Lantaran kau juga boleh tahu, kalau aku sudah mulai minder jika berbicara, bercakap kepada orang-orang yang tak begitu akrab denganku. Sebab itulah jiwa yang kini mendekatimu.

Bangkalan, 02 Juni 2014

Salam…

0 komentar:

Posting Komentar

silahakan tambahakan komentar anda