Selasa, 26 Agustus 2014

YANG TAK MAMPU AKU PAKSAKAN


          Mungkin cintaku tak bakalan sampai pada ruang hati. Kasih yang bersembunyi dibalik dirimu tak bakalan merasakan ksejukan cahaya kasih yang semestinya. Matamu telah ditutupi rasa takut dalam prasaanmu. Telingamu telah bingung menggali cerita kebijaksanaan seorang lelaki di atas mimbar kehidupan. Tanganmu telah kaku untuk menyentuh kulit sang keturunan Adam. Sedang kakimu teramat sombong memilih jalan yang menyakiti hati seseorang yang lain.
       Aku bukanlah manusia yang pandai mengolah kata didepanmu. Aku tak punya kepiawaian mengungkapakan rasa seperti lelaki umumnya. Otakku pun tersimpuh sujud saat memikirkan engkau. Sedang aku punya bibir tapi tak berani berceloteh tentang burung-burung camar yang setia menunggui pasangannya dalam badai salju demi kelahiran anak-anaknya di pantai samudra Atlantis. Aku punya tangan tapi tak pernah mampu memegangmu dan mengaliri kebahagiaan abadi dalam dirimu. Aku punya kaki, kaki yang pincang untuk bertingkah seperti apa yang pesankan cinta padaku. Aku punya kesempurnaan sebagai manusia tapi kesempurnaan itu telah menjadi kekurangan didepanmu.
       Asalakan engkau tahu, dari kejauhan tak sejenak malam pun aku membuang namamu dari otakku. Tak sehelai bulu kulitku yang tak menyebut namamu saat rembulan terang menyapaku. Hati yang bersembunyi dibalik tembok keangkuhaanku telah ambruk semenjak engkau melintas di atas tembok dengan membawa warna-warni cinta. Sedikit senyummu telah menidurkan logikaku. Lalu aku terbuai pada jalinan kasih yang ada dibalik hatimu.
       Cinta yang dipisahkan di persimpangan selat Madura akan mengenang selalu dipersemayaman hatiku. Cinta yang tak mampu aku paksakan harus berani aku gadaikan pada manusia lainnya saat surat ini telah engkau terima dan engkau baca.

HANYA RUMAHKULAH
Bunga, liburan ini mungkin akan menjadi liburan terakhirku untuk berlibur dihatimu. Aku berterimakasih banyak atas kebaikanmu dalam menjamuku di sana. Saat aku datang dengan cara baik-baik aku pun akan pulang engan cara baik-baik. Ku bawakan serajang mawar pada hatimu sebagai wujud permintaan maafku. Dan ku harap engkau tak merasa tersinggung atas hal itu.
       Bunga, aku merasa senang telah engkau ijinkan bermain dihatimu. Karenamu aku banyak tahu tentang arti hati. Bagaimana hati dalam menjaga prilaku hatinya, bagaimana cara memprilakukan hati pada hati yang lain, bagaimana cara berdiskusi sesama hati, bagaimana cara menghibur hati yang gundah gulana, bagaimana…aku tahu bunga.
       Biarlah perbedaan hati, kekayaan rasa dan pemikiran menjadi tali penyambung keberbedaan perkenalan kita. Teman adalah ungkapan abadi sebagai wujud dari ketiganya.
       Bunga, usailah proses belajarku padamu. Dan besok aku akan pulang lalu kembali pada rumah suciku. Karena hanya rumahkulah yang mampu menemaniku dalam persembunyian saat mahluk kejam diantara malam dan siang berkeliaran. Hanya rumahkulah yang tahu arti Cinta dan kebebasan dalam jiwaku. Hanya rumahkulah yang mau menerima kebodohanku, kesombonganku dan kedzalimanku. Hanya rumahkulah yang selalu setia menasehatiku saat setiap nafsu birahi dari sungai berdarah aku membunuh dengan pongah lagi kejam. Dan Hanya rumahkulah yang rela menjadi tempat persemayaman mataku apa bila akan tertutup untuk terakhir kalinya.

Tak ada keabadian cinta kecuali kesakitan dalam cinta.

0 komentar:

Posting Komentar

silahakan tambahakan komentar anda