Mungkin cintaku
tak bakalan sampai pada ruang hati. Kasih yang bersembunyi dibalik dirimu tak
bakalan merasakan ksejukan cahaya kasih yang semestinya. Matamu telah ditutupi
rasa takut dalam prasaanmu. Telingamu telah bingung menggali cerita
kebijaksanaan seorang lelaki di atas mimbar kehidupan. Tanganmu telah kaku
untuk menyentuh kulit sang keturunan Adam. Sedang kakimu teramat sombong
memilih jalan yang menyakiti hati seseorang yang lain.
Aku bukanlah manusia yang pandai mengolah
kata didepanmu. Aku tak punya kepiawaian mengungkapakan rasa seperti lelaki
umumnya. Otakku pun tersimpuh sujud saat memikirkan engkau. Sedang aku punya
bibir tapi tak berani berceloteh tentang burung-burung camar yang setia
menunggui pasangannya dalam badai salju demi kelahiran anak-anaknya di pantai
samudra Atlantis. Aku punya tangan tapi tak pernah mampu memegangmu dan
mengaliri kebahagiaan abadi dalam dirimu. Aku punya kaki, kaki yang pincang
untuk bertingkah seperti apa yang pesankan cinta padaku. Aku punya kesempurnaan
sebagai manusia tapi kesempurnaan itu telah menjadi kekurangan didepanmu.
Asalakan engkau tahu, dari kejauhan tak
sejenak malam pun aku membuang namamu dari otakku. Tak sehelai bulu kulitku
yang tak menyebut namamu saat rembulan terang menyapaku. Hati yang bersembunyi
dibalik tembok keangkuhaanku telah ambruk semenjak engkau melintas di atas
tembok dengan membawa warna-warni cinta. Sedikit senyummu telah menidurkan
logikaku. Lalu aku terbuai pada jalinan kasih yang ada dibalik hatimu.
Cinta yang dipisahkan di persimpangan
selat Madura akan mengenang selalu dipersemayaman hatiku. Cinta yang tak mampu
aku paksakan harus berani aku gadaikan pada manusia lainnya saat surat ini
telah engkau terima dan engkau baca.
HANYA RUMAHKULAH
Bunga, liburan
ini mungkin akan menjadi liburan terakhirku untuk berlibur dihatimu. Aku
berterimakasih banyak atas kebaikanmu dalam menjamuku di sana. Saat aku datang
dengan cara baik-baik aku pun akan pulang engan cara baik-baik. Ku bawakan serajang
mawar pada hatimu sebagai wujud permintaan maafku. Dan ku harap engkau tak
merasa tersinggung atas hal itu.
Bunga, aku merasa senang telah engkau
ijinkan bermain dihatimu. Karenamu aku banyak tahu tentang arti hati. Bagaimana
hati dalam menjaga prilaku hatinya, bagaimana cara memprilakukan hati pada hati
yang lain, bagaimana cara berdiskusi sesama hati, bagaimana cara menghibur hati
yang gundah gulana, bagaimana…aku tahu bunga.
Biarlah perbedaan hati, kekayaan rasa dan
pemikiran menjadi tali penyambung keberbedaan perkenalan kita. Teman adalah
ungkapan abadi sebagai wujud dari ketiganya.
Bunga, usailah proses belajarku padamu.
Dan besok aku akan pulang lalu kembali pada rumah suciku. Karena hanya
rumahkulah yang mampu menemaniku dalam persembunyian saat mahluk kejam diantara
malam dan siang berkeliaran. Hanya rumahkulah yang tahu arti Cinta dan
kebebasan dalam jiwaku. Hanya rumahkulah yang mau menerima kebodohanku,
kesombonganku dan kedzalimanku. Hanya rumahkulah yang selalu setia menasehatiku
saat setiap nafsu birahi dari sungai berdarah aku membunuh dengan pongah lagi
kejam. Dan Hanya rumahkulah yang rela menjadi tempat persemayaman mataku apa
bila akan tertutup untuk terakhir kalinya.
Tak ada
keabadian cinta kecuali kesakitan dalam cinta.
0 komentar:
Posting Komentar
silahakan tambahakan komentar anda