Komuniksai Manusia
dan Hewan Serta Hak Penguasaan
Berjuta mahluk berupa hewan diciptakan
Tuhan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia di alam jagat raya ini.
Tak tekecuali di planet Orions, Mars, Jupiter, Biru Bui dll.
Ada Buaya, ada Harimau, ada Jerapah, ada
Anjing, ada pula Kera. Mereka merupakan mahluk yang memiliki keunikan khas
pribadi dalam melakukan perjalanan, berkomunikasi, berfikir lalu berkarakter.
Satu diantara mereka saling melengkapi dalam hidup ini. Bersifat seimbang
melengkapi makna kehidupan para hewan dan manusia. Sejauh ini secara bayang-bayang
hewan tercipta untuk membentuk siklus kehidupan antar hewan dan antar manusia
(sebagai pengekor/abdi).
Hewan hidup di alam kehewananya sendiri
dengan komunikasinya sendiri.
Seperti anak Beruang yang jalan-jalan di
area hutan sejauh 1 Km dari kediaman ibunya. Tetapi suatu ketika anak Beruang
itu mendengar auman ibunya, ia bergegas mendekat. Ibu Ayam yang baru saja
kehilangan anknya diatara rerumbunan bamboo pekarangan rumah. Dengan coraknya,
terlihat gugup dan bingung ibu ayam berteriak begitu keras tak henti-hentinya
sampai beberapa menit. Ada juga seekor anjing, setelah diberikan sepotong
daging lalu dihadapan anjing itu pemiliknya memperlihatkan setulang belulang
putih. Dan dilempar tulang itu. Apa yang terjadi? Ternyata anjing itu mengejar
tulang belulang yang tadinya dilempar pemilik anjing tersebut. Dan si anjing
membawakan tulang itu ke depan pemiliknya.
Jadi, secara tidak langsung dalam cerita
diatas kita dapat memitik hasilnya, yaitu pola komunikasi. Baik pola komunikasi
sesame hewan dan hewan dengan manusia dapat kita temukan. Dapat diartikan kalau
anak beruang yang datang pada ibunya itu karena dipanggil untuk mendekat karena
sang ibu takut anaknya kenapa-napa dan ia takut pastinya. Lalu ibu Ayam yang
mencari keberadaan anaknya yang selama itu tak terlihat. Dan Anjing yang patuh
mungkin juga tunduk dengan komunikasi antara hewan dan manusia.
Mungkin tak dapat menjelaskan secara
rinci dalam artikel ini. Untuk itu anda bisa mepraktikan informasi ini secara
langsung dirumah masing-masing. Amati dan renungkanlah setiap komunikasi yang
dilakukan oleh para hewan disekitar anda.
Manusia memang memiliki wewenang penuh di
dunia ini untuk memanfaatkan atau mengfungsikan beberapa hewan yang ada. Dari
jaman dulu kejadian ini dibenarkan. Seperti cerita paham agama Islam dan
Kristen yang mengakui nabi Sulaiman saat itu memiliki kekuasaan untuk mengatur
dan mengendalikan setiap mahluk nyata dan non riil (halus tak tampak bersifat methaphisic). Cerita agama budha, yang
terlihat dalam filem Kera sakti. Cerita jawa Ciung Wanara atau kisah prabu
Angling Dharma yang mampu berbicara dengan ular naga, cicak, kidang dll.
Kalau anda ingin lebih tertarik dengan
isi artikel ini mungkin bacalah dibab selanjutnya. Dan kami sarankan membacanya
sampai selesai agar dapat menyimpulkan dan tidak salah persepsi nantinya.
Watakku Wahai Manusia
Akulah
Harimau, sang penguasa
diatas sianggasana syurgaku sendiri. Aturan dan kebijakan itu hakku secara
penuh. Walau aku sadar undang-undang kepemimpinan para hewan itu ada, tapi aku
tak perduli. Kesejahteraan, lalu hidupku dan rakyatku dari dulu telah diatur
oleh nenek moyang keluargaku. Bagiku sudah adil. Seadil-adilnya hingga tak ada
orang yang berani berbicara padaku. Aturanku tak tertulis dalam kertas tapi
tertulis diotak rakyatku semua.
Akulah Harimau, takutlah dan patuh
padaku. Aku dan Tuhan memiliki kuasa di dunia ini. Oho, sindir kebiasaan
Harimau pada Tuhan, “tapi lebih berkuasa
saya dong, wong aturannya Tuhan mudah dilanggar kok,” kata harimau sambil
manggut-manggut melihat kemakmuran rakyatnya. Akulah Tuhan kalian disini,
kalian ada ditangan kekuasaanku. Jika kalian ingin langgeng hidup di tanah
kekuasaanku maka patuhilah aku. Jangan menjual omong, jangan pula jadi pahlawan
kesiangan untuk mengadakan pemberontakan gerilya dengan alasan menggulingkan
jabatanku. “Jika berani silahkan, tapi
anak buahku akan siap menyapamu kapanpun,” jawab Harimau.
Akulah Harimau, yang hidup diantara pohon
rimba, alas lebat, yang dinina
bobokan makanan, minuman, fasilitas dan tunjangan. Oho, walau hutan berbatu dan
berlumpur tapi aku nyaman, karena disini ada sejenis kursi sofa empuk yang
lebarnya selebar hutanku, yang kuatnya sekuat kekuasaanku, yang seramnya
seseram aturanku.
Akulah Harimau, berumur tua hingga
pengalamanku tak terhitung banyknya.
Akulah Harimau, jagoaan diantara mahluk
bawahan. Pandai lagi cerdik dalam berlaku. Oho, walau sedikit munafik tapi aku
selalu serius dalam berkata, “hussst,
dalam hal melanggengkan dan menyamankan posisiku.hahaha”
Akulah
Anjing, hewan berkaki empat
berwarna hitam pekat baiknya. Berekor sejengkal lumrahnya. Berbadan ramping dan
bebas pindah-pindah majikan.
Akulah Anjing, si hewan paling taat lagi
paling bermanfaat dan berguna keberadaanku untuk manusia. Menjilat-jilatkan
liidah ke majikan, menarik-narik celana, menggulati kaki, lalu berteriak-teriak
kebiasaanku. Tak jarang suaraku menumbuhkan belas kasihan majikanku. Bagiku
hidupku hanya berisi pengabdian murni karena itulah tugasku diciptakan di
dunia.
Akulah Anjing, hewan yang suka
memunafikan keadaan. Apa yang baik jadi buruk, apa yang buruk jadi baik. Tak
lupa aku juga seorang pembohong meski hanya sekelas ikan Teri. Begitulah
sifatku pada majikanku.
Akulah Anjing, hewan yang buta akan
kenyamanan, makan dan minum cukupnya. Meski nantinya aku diatur-atur itu bukan
jadi urusan.
Akulah Anjing, yang berkedok baju lalu
membela antar sesama anjing. Bagiku penderitaan, kebahagiaan, susah atau pun
senang perlu aku rasakan dan aku bagikan ke setiap saudaraku di hutan ini.
Akulah
Buaya, akulah pembohong
ulung melebihi bohongnya anjing dan jerapah. Tugasku hanya mencari untung
diriku sendiri di dunia ini. Tak perduli nasi hewan yang lain di tanah ini. Aku
hidup untuk menang bukan untuk kalah. “Husst,
meski jadi babu kanan kiri manusia dan hewan yang penting lancer apa karepku !”
Akulah Buaya, hewan yang pandai
bersembunyi, timbul tenggelam dalam air dan darat. Panjang dan besar serta
ganas taringku. Sekali saja anda membuat masalah aku kunyah dagingmu hingga
lembut bagai serbuk kopi bubuk.
Akulah Buaya, hewan yang pandai beralih
wajah. Kadang garang kadang unyu-unyu kadang melas kadang biasa saja. Pindah
rumah pergaweanku. Mati hidupku
diantara rumah baru yang aku temui beberapa hari kedepan.
Akulah Buaya, hewan paling sadis dalam
menyamar. Banyak informasi dimiliki tapi disimpan sendiri untuk menghakimi
hewan lain.
Akulah Buaya, hewan yang suka makan uang
dan kepercayaan manusia. Berfoya bagi pribadiku sendiri hobiku. Menghina
menghujat kadang juga hal lumrah jika aku dipojokan oleh manusia-manusia
biadab.
Akulah Buaya, hewan purbakala langka
besar keras tubuhnya, kebal pada kemaluan dan senjata tajam. Silir bergantinya
waktu semakin menbuktikan keberadaanku di hutan rimba raya ini.
Akulah
Jerapah, sang jenius diatas
segala hewan. Wawasanku tinggi, bicaraku ramah penuh dasar. Bukan karena warna
baju aku sungkani harimau dan anjing serta buaya, tapi karena Badanku yang amat
besar dan setara dengan isi kepalaku. Lariku lumayan cepat meski tak secepat
larinya buaya yang tengah kelaparan.
Akulah Jerapah, yang selalu bersyukur
karena leherku panjang lagi tinggi. Setinggi pepohonan paling tinggi di
hutanku. Sukaku, riangku, keberuntunganku gara-gara leherku semata. Aku mudah
mengetahui siapa saja yang mendekatiku, baik kawan atau lawanku di belantara
hutan ini. Kebohongan dan berbohong kadang sering aku lakukan tapi aku tak
murni bertingkah bagai buaya dan anjing. Bagiku, aku mempunyai pendirian dan
kebahagiaanku sendiri diatas urusan pengabdiaanku sebagai hewan sosial.
Akulah Jerapah, mencari aman tugasku.
Membentak demi profesi kesukaanku. Lalu terkadang sedikit berlagak kepada
mahluk-mahluk kecil dihutan ini. Karena kelebihanku.
Akulah
Kera, si brutal dari
seluruh hewan di hutan rimba. Otakku cerdas secerdas manusia. Tapi karena hanya
beda alam dan sejarah saja manusia lebih terkenal. Aku dapat memimpin golongaku
menuju kewibawaan hidup. Bagai cerita kera loki, kera sakti dank era tumpei.
Itulah kemampuanku, berda’wah lalu member banyak pencerahan.
Akulah Kera, yang selalu serakah lagi sombong
di dunia ini. Makanya jangan sekali-kali pamer kekuasaan dihadapanku kalau tak
ingin aku ambil kekuasaanmu. Karena aku benci dengan orang yang menyobongkan
diri.
Akulah Kera, hewan yang tak mau patuh
pada siapa pun, meski itu juga manusia. Apabila aku tak suka ku makan isi
kepalamu, atau untuk sekedar aku cuci, ku kucek, ku peras lalu kujemur otakmu
itu. Karena aku lah rajanya pemilik kpandaian di sini. Anjing, buana, harimau
atau jerapah tak pernah menyamai kedudukanku meski aku tak punya kekuasaan
lebih seprti mereka.
Akulah Kera, hewan yang mengagungkan
kebenaran, kejujuran, demokrasi dan indepandensi. Peka dan perasaan serta
logika senjataku. Retorika hanya pelengkap, berparas juga tak jadi prioritas.
Akulah Kera, hewan yang selalu menikmati
kebijaksanaan sang Hyang Widi. Belajar nerimo
pribadiku.
Akulah Kera, hewan yang selalu berfikir
dari berbagai sudut pandang atas setiap masalah di alam jagat rimba raya ini.
Berpola diam-diam menghanyutkan glagatku.
Jawab Manusia
Akulah manusia, pemilik segala sifat para
hewan.
Akulah manusia, penguasa sejagat raya
yang pandai memperbudak para hewan.
Akulah manusia, mahluk lahir untuk
kepentingan pribadiku. Hingga aku tak perduli nasib sesame.
Akulah manusia, semacam hewan yang mampu
berfikir. Haus uang, kekuasaan, harta, jabatan, kehormatan, wanita, gagasan,
keberanian, kebohongan dan kejujuran.
Akulah manusia raja dari segala raja para
hewan. Hingga para hewan tunduk patuh padaku karena kaulaku banyak sekali. Dan
kaulaku tak jaran aku beri laras panjang masing-masing yang setiap saat dapat
dipakai menepis dan membungkam mulut para hewan liar di hutan sana.
Akulah manusia, mahluk yang kadang kala
punya belas kasihan. Tapi karena maksud dan harapan serta kepentingan.